Tausyiah
Hasan Al-Banna
Seorang da'i itu, jika dalam kelas ia menjadi yang paling cerdas, seolah dihabiskan hidupnya untuk belajar. Jika di tempat olahraga ia menjadi yang paling tangkas, seolah hidupnya dihabiskan untuk berlatih. Jika di majelis Al-Qur'an ia menjadi yang paling fasih dan banyak hafalannya, seolah hidupnya dihabiskan untuk menghafal. Dan dalam proyek-proyek dakwah mejadi yang terdepan, seolah habis hidupnya untuk proyek-proyek dakwah tersebut.
Seorang da'i itu, jika dalam kelas ia menjadi yang paling cerdas, seolah dihabiskan hidupnya untuk belajar. Jika di tempat olahraga ia menjadi yang paling tangkas, seolah hidupnya dihabiskan untuk berlatih. Jika di majelis Al-Qur'an ia menjadi yang paling fasih dan banyak hafalannya, seolah hidupnya dihabiskan untuk menghafal. Dan dalam proyek-proyek dakwah mejadi yang terdepan, seolah habis hidupnya untuk proyek-proyek dakwah tersebut.
Kamis, 22 November 2012
Tanda-tanda Lemah Iman dan Kiat Mengatasinya
Keimanan manusia tidak seperti malaikat. pun juga seperti iblis la'natullah. Keimanan Manusia selalu dinamis, naik dan turun, sebagaimana sabda nabi Muhammad," Al imanu yajiidu wa yanqus, jadiidu." yang artinya
iman itu kadang naik dan kadang turun, maka perbaharuilah selalu iman itu.
berikut Tanda-tanda Lemahnya Iman seseorang ;
1. Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah
2. Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur'an
3. Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat
untuk melakukan shalat
4. Meninggalkan sunnah
5. Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan
dan sering gelisah
6. Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an
dibacakan, seperti ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya
dan janji-janjiNya tentang kabar baik.
7. Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah
8. Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan
syari'ah
9. Menginginkan jabatan dan kekayaan
10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan
oleh Allah
11. Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara
dirinya sendiri tidak melakukannya.
12. Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya
13. Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak
menghindari yang makruh
14. Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti
membersihkan masjid
15. Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin
16. Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi
kemajuan Islam
17. Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis
dan meratap-ratap di kuburan
18. Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki
bukti
19. Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi,
seperti merasa resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi
kebendaan
20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri
Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:
1. Tilawah Al-Qur'an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.
2. Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.
3. Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.
4. Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi majels-majelis seperti itu.
5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.
6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.
7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di surga, atau neraka.
8. Berdo'a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.
9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harus kita tunjukkan
dalam aksi. Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman
seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun
dengan melakukanperbuatan buruk.
11. Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah menimpa kita, itupun dari Allah.
wallahu'alam
Tanda-tanda Husnul Khatimah
Setiap hamba Allah yang berjalan diatas manhajnya yang lurus yang berusaha meneladani kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya ajmain tentu sangat mengharapkan akhir kesudahan yang baik. Allah telah menetapkan tanda-tandanya dintara tanda-tanda husnul khatimah itu
adalah:
Pertama,mengucapkan kalimah syahadat ketika wafat
Rasulullah bersabda :"barangsiapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan "La ilaaha illallah" maka ia dimasukkan kedalam surga" (HR. Hakim)
kedua, ketika wafat dahinya berkeringat
Ini berdasarkan hadits dari Buraidah Ibnul Khasib adalah Buraidah dahulu ketika di Khurasan, menengok saudaranya yang tengah sakit, namun didapatinya ia telah wafat, dan terlihat pada jidatnya berkeringat, kemudian ia berkata,"Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya" (HR. Ahmad, AN-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu MAjah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan ath-Thayalusi dari Abdullah bin Mas'ud)
ketiga, wafat pada malam jum'at
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah "Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari jum'at atau pada malam jum'at kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur" (HR. Ahmad)
keempat, mati syahid dalam medan perang
Mengenai hal ini Allah berfirman:
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhan-Nya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahal orang-orang yang beriman" (Ali Imraan:169-171) Adapun hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang berkenaan dengan masalah ini sangat banyak dijumpai diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah bersabda:
"Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu:
diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya didalam surga, dilindungi dari adzab kubur, dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari, dan diperkenankan memeberikan syafa'at bagi 70 orang kerabatnya" (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Seorang sahabat Rasulullah
berkata: "Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah mengapa orang mukmin mengalami fitnah dikuburan mereka kecuali yang mati syahid? beliau menjawab: Cukuplah ia menghadapi gemerlapnya pedang diatas kepalanya sebagai fitnah"
(HR. an-Nasai)
catatan:
Dapatlah memperoleh mati syahid asalkan permintaannya benar-benar muncul dari lubuk hati dan penuh dengan keikhlasan, kendatipu ia tidak mendapatkan kesempatan mati syahid dalam peperangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: "Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikannya derajat para syuhada sekalipun ia mati diatas ranjangnya"(HR. Imam Muslim dan
al-Baihaqi)
kelima, mati dalam peperangan fisabilillah Ada dua hadist Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
1. Rasulullah bersabda:"Apa yang kalian katagorikan sebagai orang yang mati syahid diantara kalian? mereka menjawab :Wahai Rasulullah yang kami anggap sebagai orang yang mati syahid adalah siapa sja yang mati terbunuh dijalan Allah. Beliau bersabda:Kalau begitu ummatku yang mati syahid sangatlah sedikit. Para sahabat kembali bertanya: Kalau begitu siapa sajakah dari mereka yang mati syahid wahai Rasulullah? beliau menjawab: Barangsiapa yang terbunuh dijalan Allah, yang mati sedang berjuang dijalan Allah, dan yang mati karena penyakit kolera, yang mati karena penyakit perut (yakni disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti busung lapar, diare atau sejenisnya) maka dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam dialah syahid "(HR. Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqi)
2. Rasulullah bersabda: Siapa saja yang keluar dijalan Allah lalu mati atau terbunuh maka ia adalah mati syahid. Atau yang dibanting oleh kuda atau untanya lalu mati atau digigit binatang beracun atau mati diatas ranjangnya dengan kematian apapun yang dikehendaki Allah, maka ia pun syahid dan baginya surga" (HR. Abu Daud,al-Hakim, dan al-Baihaqi)
keenam , mati disebabkan penyakit kolera.
Tentang ini banyak hadits Rasulullah meriwayatkannya diantaranya sebagai berikut:
1. Dari Hafshah binti Sirin bahwa Anas bin MAlik berkata:"Bagaimana Yahya bin Umrah mati? Aku jawab: "Karena terserang penyakit kolera" ia berkata:Rasulullah telah bersabda: penyakit kolera adalah penyebab mati syahid bagi setiap muslim" (HR. Bukhari, ath-Thayalusi dan Ahmad)
2. Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang penyakit kolera. Lalu beliau menjawab;"Adalah dahulunya penyakit kolera merupakan adzab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya kemudia Dia jadikan sebagai rahmat bagi kaum mukmin. Maka tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah kolera lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah tetapkan baginya pahala orang yang mati syahid"(HR. Bukhari, al-Baihaqi dan Ahmad)
kedelapan, mati karena tenggelam.
kesembilan, mati karena tertimpa reruntuhan/tanah longsor.
Dalil dari 2 point diatas adalah berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: "Para syuhada itu ada lima; orang yang mati karena wabah kolera, karena sakit perut, tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan syahid berperang dijalan Allah" (HR.Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)
kesepuluh, perempuan yang meninggal karena melahirkan.
Ini berdasarkan hadits yang diberitakan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya : "Tahukah kalian siapa syuhada dari ummatku? orang-orang yang ada menjawab:Muslim yang mati terbunuh" beliau bersabda:Kalau hanya itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah syahid, dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)" (HR. Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui jalur sanad lain dalam Musnad-nya.
kesebelas, mati terbakar.
keduabelas, mati karena penyakit busung perut.
Tentang kedua hal ini banyak sekali riwayat, dan yang paling masyhur adalah dari Jabir bin Atik secara
marfu': "Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid,mati tenggelam adalah syahid,karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid,karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan(bangunan atau tanah
longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid" (HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu MAjah dan Ahmad)
Ketigabelas, mati karena penyakit Tubercolosis (TBC).
Ini berdasarakan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: "Mati dijalan Allah adalah syahid, dan perempuan yang mati ketika tengah melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena tenggelam adalah syahid, mati karena penyakit TBC adalah syahid, dan mati karena penyakit perut adalah
syahid"(HR.Thabrani)
keempatbelas, mati karena mempertahankan harta dari perampok.
Dalam hal ini banyak sekali haditsnya, diantaranya sebagai berikut:
1. "Barangsiapa yang mati karena mempertahankan hartanya (dalam riwayat lain; Barang siapa menuntut hartanya yang dirampas lalu ia terbunuh) adalah syahid" (HR. Bukhari, Muslim, Abu DAud, an-Nasa'i, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
2. Abu Hurairah berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata: "Ya, Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila ada seseorang yang datang dan akan merampas hartaku" beliau menjawab: 'jangan engkau berikan' Ia bertanya; bagaimana kalau ia membunuhku?
beliau menjawab; Engkau mati syahid. Orang itu bertanya kembali,Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?
beliau menjawab; ia masuk neraka"(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i dan Ahmad)
3. Mukhariq berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata :
"ada seorang laki-laki hendak merampas hartaku, beliau bersabda: Ingatkan dia akan Allah. Orang itu bertanya: bila tetap saja tak mau berdzikir? beliau menjawab:
Mintalah tolong orang disekitarmu dalam mengatasinya.Orang itu bertanya lagi : Bila tidak saya dapati disekitarku seorangpun? Beliau menjawab:Serahkan dan minta tolonglah kepada penguasa.Ia bertanya: Bila penguasa itu jauh tempatnya dariku? beliau bersabda: berkelahilah dalam membela hartamu hingga kau mati dan menjadi syahid atau mencegah hartamu dirampas" (HR. An-Nasa'i, dan Ahmad)
kelima belas dan keenam belas, mati dalam membela agama dan jiwa.
Dalam hal ini ada dua riwayat hadits sebagai berikut:
1.""Barangsiapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela keluarganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dlam rangka membela agama(keyakinannya) maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) maka ia syahid" (HR. Abu Daud, an-Nasa'i, at-tirmidzi, dan Ahmad)
2. "Barangsiapa mati dalam rangka menuntut haknya maka ia mati syahid" (HR. An-Nasa'i)
ketujuhbelas, mati dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah.
Dalam hal ini ada dua hadits dari Rasulullah shalallahu alaihi wasslam :
1."Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam harinya. Apabila ia mati, maka mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari siksa kubur(fitnah kubur)" (HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
2. "setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya kecuali orang yang mati dalam berjaga-jaga dijalan Alllah, maka amalannya dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta terjaga dari fitnah kubur" (HR. ABu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)
kedelapan belas, orang yang meninggal pada saat mengerjakan amal shaleh.
Ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: "Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallah' dengan berharap akan keridhaan Allah, dan diakhir hidupnya mengucapkannya, maka ia akan masuk surga. Dan, barangsiapa yang berpuasa sehari mengharap keridhaan Allah kemudian mengakhiri hidupnya dengannya (puasa), maka ia masuk surga. Dan barangsiapa bersedekah mencari ridha Allah dan menyudahinya dengan (sedekah) maka ia akan masuk surga" (HR. Ahmad)
tammat walhamdulillahi rabbil alamiin. Mudah-mudahan Allah menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah dan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang mati syahid amin.
10 Kualitas yang Harus Dimiliki Pengusaha Pemula
Jadi, Anda sudah siap membuang kejenuhan bekerja dari pk 9 hingga pk. 5 dan mulai membuka usaha Anda. Tapi yang Anda perlukan lebih dari sekedar nyali dan ide kemenangan untuk berpindah dari karyawan menjadi pengusaha. Ini bukan hal yang mudah dan mungkin memerlukan biaya yang besar sebelum mencapai kesuksesan.
Lebih dari separo usaha baru mengalami kegagalan setelah lima tahun berjalan! Alasan utamanya , kurangnya pengalaman , dana atau keterampilan manajemen.
Berikut adalah 10 kunci kualitas yang diperlukan pengusaha agar sukses. Beberapa diantaranya mungkin telah Anda miliki dalam kepribadian Anda, sementara yang lainnya harus terus menerus dikembangkan.
1. Pengetahuan khusus
Anda harus memiliki pengetahuan khusus terkait dengan bisnis yang akan jalankan. Tanpa mengetahui seluk-beluk produk atau dinamika market tertentu, Anda menempatkan diri Anda pada kegagalan. Kurangnya pengetahuan akan membuat keputusan yang buruk dan belajar dari kesalahan yang mahal bukanlah hal yang mudah bagi pengusaha. Ketika Anda men-set bisnis, hanya ada satu peluang yang sempit – satu atau paling banyak dua tahun – dimana Anda harus sukses sebelum Anda kehabisan sumber atau energi. Terlepas dari pengetahuan khusus, Anda juga harus memahami dasar area dan perdagangan bisnis Anda dengan cepat, mulai dari akun dan administrasi sampai marketing dan produksi.
2. Percaya diri
Meluncurkan bisnis baru adalah perjuangan dan tanpa kepercayaan diri dan kemampuan untuk melihat situasi, maka akan mudah hancur. Karyawan mereflekseikan moral pengusaha dan jika mereka merasa Anda tidak jujur atau tidak aman, mereka akan menjadi gelisah dan tidak ada motivasi. Anda harus belajar menyimpan ketakutan dan kecemasan dalam hati dan merefkeksikannya secara personal . Dihadapan publik, Anda harus menjadi figur yang tenang dan percaya diri.
3. Keuletan
Kemampuan untuk melihat situasi adalah kualitas yang dimiliki pengusaha sukses. Orang yang demikian mampu bertahan dalam kondisi bisnis yang tidak menentu dengan keteguhan dan keuletan. Kemauan yang kuat lebih diperlukan di tahap awal usaha, bahkan ketika goncangan kecil terjadi dalam bisnis. Pengusaha harus belajar untuk bangkit dari kegagalan yang dihadapi.
4. Motivasi yang tepat
Mengapa Anda ingin memulai usaha Anda ? Apakah semata-mata untuk menghasilkan banyak uang sehingga Anda bisa membeli kondominium? Apakah ada sesuatu yang lebih tinggi yang mendorong Anda ? Pengusaha yang memiliki motivasi lebih tinggi daripada nilai sekedar kaya cenderung membangun bisnis yang bisa bertahan lama . Mereka di dorong oleh keinginan untuk menciptakan sesuatu yang berharga. Mereka memberikan benefit di lingkungannya dengan memberikan produk dan jasa yang unik atau melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik sehingga memberikan kesejahteraan bagi setiap orang. Tentu, mereka juga menjadi kaya secara signifikan, tapi ini yang jarang dijadikan motivasi utama.
5. Kreatifitas dan inovasi
Kreatifitas adalah kemampuan memberikan solusi unik dari permasalahan. Pengusaha sukses mengadopsi teknik pemecahan masalah yang kreatif untuk menghadapi tantangan. Pemikiran kreatif dan inovatif yang demikian diperlukan di semua area, dari mengisi kekosongan pasar, dan memvisualisasikan produk dengan sistem dan prosedur yang lebih efisien dan biaya yang efektif. Terkadang, hanya diperlukan satu ide bagus untuk mengubah keberuntungan bisnis dan mengeluarkan produk yang bagus.
6. Pandangan Strategik
Tidak ada pengusaha yang sukses tanpa pandangan stratejik terhadap perubahan banyak hal. Langkah apa yang harus diambil dimasa datang? produk baru apa yang diluncurkan ? haruskah operasional dikonsolidasikan atau ekspansi ? investasi uang atau membangun modal cadangan ? apa langkah kompetitor selanjutnya ? akankah terjadi penurunan ekonomis ? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tergantung pada pandangan stratejik pengusaha. Pengusaha yang sudah lama malang-melintang di dunia bisnis memiliki pengalaman tersebut atau hanya dengan mengandalkan memiliki peluang yang bagus untuk sukses karena mereka bisa merasakan kemana arah angin bertiup dan akan mengarahkan kemudi di arah angin.
7. Kepemimpinan
Seorang pengusaha harus bisa menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah kualitas yang memberikan panduan dan insipirasi bagi mereka yang melihat ke arah Anda. Banyak orang yang beruntung terlahir dengan kualitas kepemimpinan. Bagi yang lain, merupakan keterampilan yang didapat dari kerja keras dan pengalaman. Bagaimanapun, tidak ada pengusaha berhasil tanpa kualitas kepemimpinan untuk memotivasi orang yang bekerja dengannya, dorong mereka untuk memberikan yang terbaik dan tentukan arah kemana mereka melangkah.
8. Menghilangkan ego
Pengusaha dengan ego yang tinggi tidak bisa menghargai pandangan orang lain kecuali pandangannya sendiri. Mereka mudah tersinggung dan orang yang berbakat akan kesulitan bekerja dengannya. Ini bisa menjadi pangkal masalah. Karyawan dengan tingkat self-respect dan intelegensi akan meninggalkan organisasi atau berusaha low profile di tempat kerja. Mereka yang ambisius akan mengatakan pada bos apa yang hanya ingin dia dengar. Pengusaha yang egois tidak bisa menilai karyawan berdasarakan kontribusinya pada perusahaan. Mereka akan menilainya dari sudut pandang suka dan tidak suka. Pengusaha yang demikian akan menjadi santapan kompetitor.
9. Kemampuan untuk berbelok
Fleksibilitas dalam berpikir adalah kualitas kunci bagi pengusaha. Mereka harus bisa merubah pandangan dan strategi berdasarkan situasi yang terjadi. Untuk melakukannya, ego perlu dihilangkan . Jika Anda memiliki sifat yang demikian, Anda tidak akan mengakui kesalahan yang sudah Anda buat dan menolak untuk mempertanggungjawabkan keputusan Anda. Pengusaha yang egois terus menggelontorkan uang untuk proyek yang tidak memiliki harapan memberikan keuntungan. Salah satu contoh yang paling dikenal – yang masih diajarkan di sekolah bisnis – yang memiliki kemampuan untuk berbelok adalah Microsoft. Perusahaan ini tidak menghiraukan fenomena Internet saat mulai populer dipenjuru dunia. Setelah dua tahun mengabaikannya, Microsoft meninjau ulang posisnya dan “membelokkan perusahaan dalam sekejap .” Dalam melakukan perubahan, perusahaan berhadapan dengan teknologi baru, melakukan akuisisi, mengeluarkan produk baru, dan kini berada di garis depan revolusi Internet. Semua ini tidak akan pernah terjadi jika manajer puncak tidak fleksibel dalam melakukan pendekatan dan cukup rendah hati untuk mengatakan “Kami telah melakukan kesalahan dalam hal ini .”
10. Etika
Etika adalah faktor terbesar yang didengar prospek terhadap perusahaan untuk jangka panjang. Rekan – suplier, konsumen, karyawan, bankir, pemegang saham – tidak suka berhubungan dengan pengusaha yang tidak jujur. Mereka akan sulit menghilangkan sakit hatinya dan harus selalu waspada . Kejujuran dan etika adalah benih kepercayaan dan ketika orang lain mulai mempercayai Anda, banyak pintu yang akan terbuka.
Oleh: James Walsh
Sumber: www.powerhomebiz.com
Diterjemahkan oleh: Iin – Tim Pengusaha Muslim.com
Wanita di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah,
bulan yang dirindukan oleh para pencari kebaikan. Pada bulan inilah Allah
Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu al-Jannah (surga) dan menutup
pintu-pintu an-Naar (neraka), serta membelenggu syaithan, setelah itu
diserukan:
“…Wahai
para pencari kebaikan, sambutlah…” (HR. at-Tirmidzi no. 682 dan yang lainnya)
Sore
hari, seorang ibu rumah tangga sibuk menyiapkan hidangan buka puasa untuk
keluarganya. Malam harinya menjelang sahur, ia pun bangun lebih awal untuk
menyiapkan hidangan makan sahur. Kesibukan semakin bertambah di kala pekan
terakhir menjelang Idul Fitri, sang ibu sibuk merancang aneka masakan ataupun
kue untuk dihidangkan pada hari yang berbahagia itu. Ia juga memikirkan baju
baru untuk anak-anaknya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan tambahan
hidayah kepada para ibu dan balasan yang baik atas amalan yang mereka lakukan.
Nasehatku
untuk para ibu dan kaum wanita, walaupun kalian memikul tugas dan kewajiban
yang berat, namun jangan sampai lalai untuk mempelajari ibadah puasa yang
sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, terkhusus
yang terkait dengan kalian sendiri. Laksanakanlah ibadah puasa dengan
sebenar-benarnya, karena ia sebagai wasilah (perantara) untuk meraih derajat
takwa, suatu bekal yang paling baik dan paling berharga untuk bertemu dengan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Amalan-amalan Mubah
Ada
beberapa masalah yang disangka membatalkan puasa ternyata tidak membatalkan. Di
antaranya:
1.
Dalam hal memasak
Tidak
mengapa mencicipi masakan bila diperlukan selama tidak ditelan dengan sengaja.
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah atsar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
secara mu’allaq (tanpa menyebutkan sanad dengan lengkap) bahwa beliau berkata:
“Tidaklah
mengapa (bagi orang yang berpuasa) mencicipi masakan atau sesuatu yang lain.”
(Lihat
Fathul Bari hadits no. 1930)
Kemudahan
yang diberikan oleh agama ini manfaatkanlah dengan tanpa berlebihan. Masalah
ini kelihatannya sepele, namun bisa menjadi penting dan berarti, karena jika
masakan yang disajikan itu enak rasanya tentu lebih disukai oleh keluarga.
Nasehatku,
di saat kalian memasak janganlah berlebihan dalam hidangan berbuka atau sahur
dengan berbagai macam masakan dan minuman. Perhatikanlah waktu dengan
sebaik-baiknya. Di kala sore hari saat memasak jangan lupa sisakan waktu untuk
berdzikir (dzikir petang), karena itu adalah amalan yang besar apalagi di bulan
Ramadhan.
Demikian
pula di malam hari saat menyiapkan makan sahur sisakan waktu untuk berdoa,
karena waktu sahur termasuk di antara waktu-waktu yang mustajab.
2.
Berhias atau berdandan
Tidaklah
mengapa kalian berdandan di depan suami atau mahram-nya. Memakai inai (pacar
kuku), parfum (selama tidak untuk keluar rumah), memotong kuku, mencabut bulu
ketiak, atau yang lainnya selama tidak melanggar batasan syariat.
3.
Bercumbu dengan Suami
Di
siang hari tidak mengapa kalian bercumbu dan bercengkerama dengan suami,
asalkan tidak dikhawatirkan terjatuh ke dalam amalan yang diharamkan ketika
berpuasa yaitu jimak (bersetubuh). Al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim
meriwayatkan dari shahabat Aisyah, beliau berkata:
“Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mencium dan mencumbu istrinya dalam
keadaan beliau berpuasa, namun beliau adalah orang yang paling mampu mengekang
syahwatnya di antara kalian”. (HR. al-Bukhari no. 1826 dan Muslim no. 1106)
Asy-Syaikh
bin Baz berkata, “Ciuman, cumbuan dan sentuhan seorang suami terhadap istrinya
tanpa hubungan jimak dalam keadaan ia berpuasa semua itu boleh, tidak ada
pantangan baginya. Dikarenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mencium
dan mencumbu istrinya dalam keadaan beliau berpuasa. Namun apabila
dikhawatirkan menyebabkan terjatuh ke
dalam hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena syahwatnya
mudah bangkit, maka hal itu makruh baginya. (Lihat Fatawa Ramadhan no. 379 dan
380)
Wanita
Haid atau Nifas
Haid
dan nifas, keduanya adalah pembatal puasa, dengan demikian seorang wanita yang
mengalami haid atau nifas haram baginya
berpuasa dan diwajibkan mengqadha’ (mengganti puasa yang ditinggalkan) di hari
yang lain. Dasarnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau pernah
ditanya oleh Mu’adzah, mengapa seorang wanita yang haid diwajibkan mengqadha’
puasa namun tidak mengqadha’ shalat? Aisyah menjawab:
“Dahulu
kami di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga mengalami haid,
namun kami (hanya) diperintah mengqadha’ puasa dan tidak diperintah mengqadha’
shalat. (HR. Muslim no. 335)
Hadits
di atas berkenaan dengan wanita yang sedang haid, lalu bagaimana dengan wanita
yang sedang nifas? Para ulama sepakat bahwa hukum-hukum yang berlaku untuk
wanita yang sedang haid berlaku pula untuk wanita yang sedang nifas. Karenanya,
wanita yang sedang nifas tidak boleh baginya berpuasa namun menggantinya di
hari yang lain, sebagaimana wanita yang mengalami haid.
Permasalahan
yang terkait dengan haid dan nifas:
1.
Wanita yang datang haidnya menjelang matahari terbenam.
Hendaknya
permasalahan ini jangan dianggap ringan atau sepele, karena sangat mungkin
terjadi pada kaum wanita. Jawaban masalah ini telah difatwakan oleh al-Lajnah
ad-Da`imah, “Jika seorang wanita itu datang haidnya sebelum matahari terbenam,
maka puasanya batal dan wajib atasnya mengganti di hari yang lain.” (Lihat
Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah no. 1034, diketuai oleh Asy-Syaikh Bin Baz)
2.
Wanita yang suci dari haid atau nifas pada siang hari Ramadhan.
Wajib
baginya untuk segera mandi dan sejak itu diwajibkan melaksanakan shalat. Adapun
yang terkait dengan ibadah puasa, maka ada sebagian ulama yang berpendapat
wajib baginya untuk menahan dari makan, minum, dan seluruh pembatal puasa dari
sisa waktu pada siang hari itu hingga matahari terbenam, namun tetap wajib
atasnya mengqadha’ pada hari yang lain. Sebagian yang lain berpendapat tidak
ada kewajiban menahan dari semua pembatal puasa, hanya saja diwajibkan
mengqadha’ pada hari yang lain. Karena pada awalnya ia adalah seorang wanita
yang sedang haid yang tidak boleh baginya berpuasa. Pendapat kedua ini yang
dipilih oleh asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin. (Lihat soal pertama
dari 60 Soal tentang Hukum-hukum Wanita Haid, karya asy-Syaikh al-’Utsaimin)
3.
Wanita yang suci menjelang terbitnya fajar shadiq awal waktu shalat subuh.
Kalau
memang wanita itu suci sebelum terbitnya fajar, maka wajib baginya puasa
walaupun ia baru sempat mandi setelah adzan subuh, dan puasanya sah serta tidak
ada kewajiban qadha’ baginya.
4. Wanita yang berhenti (suci) dari nifas kurang
dari 40 hari, maka wajib atasnya untuk mandi kemudian berlaku kembali kewajiban
shalat dan puasa. (Lihat soal ke-4 dari 60 Soal tentang Hukum-hukum Wanita
Haid, karya asy-Syaikh al-’Utsaimin)
5.
Wanita yang mengalami istihadhah (darah yang keluar dari rahim, selain darah
haid atau nifas), maka tetap wajib baginya shalat dan puasa sebagaimana hukum
wanita yang suci. Hanya saja untuk ibadah shalat wajib baginya untuk berwudhu
setiap kali akan mengerjakan shalat.
6.
Apa hukum meminum obat pencegah haid yang diperkirakan oleh seorang wanita
bahwa haidnya akan datang pada bulan Ramadhan?
Asy-Syaikh
Muhammad al-Wushabi dan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan berpendapat tidaklah mengapa
selama tidak mendatangkan efek samping yang membahayakan bagi kesehatan
tubuhnya.
Asy-Syaikh
al-’Utsaimin menasehatkan kepada kaum wanita,
“Saya memperingatkan agar menjauh dari perbuatan itu. Dikarenakan
obat-obat itu mengandung efek samping yang sangat besar bahayanya, saya
mendapatkan keterangan ini dari para dokter. Maka perlu disampaikan kepada kaum
wanita bahwa masalah haid ini sudah menjadi takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala
bagi kaum wanita dari anak-cucu Adam, maka terimalah ketetapan-Nya dan berpuasalah
selama tidak ada yang menghalangimu (haid). Dan jika kamu mendapati haid
tersebut maka berbukalah (jangan berpuasa) dengan penuh ridha terhadap takdir
Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat soal ke-23 dari 60 Soal tentang Hukum-hukum
Wanita Haid, karya asy-Syaikh al-’Utsaimin)
Wanita Hamil atau Menyusui
Pada
dasarnya, hamil atau menyusui bukanlah penghalang bagi wanita untuk berpuasa.
Tetapi agama ini telah memberikan keringanan bagi keduanya untuk tidak berpuasa
jika dengan puasa itu dikhawatirkan akan membahayakan dirinya dan janin/
bayinya atau salah satunya. Namun apa konsekuensinya?
Pembahasan
masalah ini telah dibahas panjang lebar oleh para ulama. Ringkasnya, para ulama berbeda pendapat dalam masalah
ini, ada yang berpendapat bahwa keduanya wajib mengqadha` puasa dan membayar
fidyah. Ada juga yang berpendapat wajib
qadha’ saja, dan ada yang berpendapat wajib membayar fidyah saja, baik karena
khawatir kondisi dirinya atau khawatir terhadap janin atau bayinya.
Wallahu
a’lam, pendapat ketiga (terakhir) ini yang penulis pilih, tentu saja dengan
tetap menghormati pendapat yang lain. Dasarnya adalah pernyataan dari shahabat
Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Diriwayatkan
dalam Tafsir ath-Thabari hadits no. 2759 atsar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,
ketika beliau melihat seorang ibu yang mengandung atau menyusui, beliau
berkata:
“Kamu
seperti keadaan orang yang tidak ada kemampuan berpuasa, maka hanyalah wajib
bagimu membayar fidyah dengan memberi makan pada setiap harinya seorang yang miskin
dan tidak ada kewajiban qadha’ bagimu.”
Diriwayatkan
di dalam Sunan ad-Daruquthni no. 2413
atsar dari shahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, suatu saat istrinya yang
sedang hamil bertanya kepadanya, maka beliau berkata:
“Berbukalah
dan berilah makan pada setiap harinya seorang yang miskin.”
Kedua
riwayat di atas dishahihkan oleh asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di
dalam al-Irwa’ 4/18.
Nasehatku,
ketika kalian tidak menjalankan ibadah puasa karena datangnya haid, nifas,
hamil, menyusui, atau sebab yang lain, maka hendaknya kalian menyibukkan dengan
ibadah-ibadah yang lain, seperti menjaga dzikir di waktu pagi dan petang yang
dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Tidak lupa juga
memperbanyak amalan shadaqah, dan meramaikan rumah kalian dengan berbagai
amalan kebaikan yang lainnya.
Demikian
juga di saat kalian tidak berpuasa hendaknya tetap menjaga lisan dari berbuat
ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), mencela, berkata-kata kotor atau
berbuat dengan perbuatan-perbuatan orang bodoh.
Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’alamenerima amalan kita dan menggolongkan kita termasuk
hamba-Nya yang bertakwa.
Wallahu
a’lamu bish shawab…
Penulis:
Ustadz Arif Abdurrahman
Keutamaan Iffah dan Bersabar
(ditulis
oleh: Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di)
Abu
Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yang mulia:
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ
يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ
أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Siapa yang menjaga kehormatan
dirinya —dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa
yang ada di tangan mereka— Allah akan menganugerahkan kepadanya iffah
(kehormatan diri). Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya (sehingga
jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki). Siapa
yang menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang
diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim
no. 2421)
Hadits
yang agung ini terdiri dari empat kalimat yang singkat, namun memuat banyak
faedah lagi manfaat.
Pertama: Ucapan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ
“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada
manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah akan
menganugerahkan kepadanya iffah.”
Kedua: Ucapan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
“Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya (sehingga
jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki).”
Dua
kalimat di atas saling terkait satu sama lain, karena kesempurnaan seorang
hamba ada pada keikhlasannya kepada Allah Azza Wa Jalla, dalam keadaan takut
dan berharap serta bergantung kepada-Nya saja. Adapun kepada makhluk, tidak
sama sekali. Oleh karena itu, seorang hamba sepantasnya berupaya mewujudkan
kesempurnaan ini dan mengamalkan segala sebab yang mengantarkannya kepadanya,
sehingga ia benar-benar menjadi hamba Allah semata, merdeka dari perbudakan
makhluk.
Usaha
yang bisa dia tempuh adalah memaksa jiwanya melakukan dua hal berikut.
1. Memalingkan jiwanya dari
ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga kehormatan diri sehingga tidak
berharap mendapatkan apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta
kepada makhluk, baik secara lisan (lisanul maqal) maupun keadaan (lisanul hal).
Oleh
karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Umar
radhiyallahu 'anhu:
مَا أَتَاكَ مِنْ هذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ
مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ, وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Harta
yang mendatangimu dalam keadaan engkau tidak berambisi terhadapnya dan tidak
pula memintanya, ambillah. Adapun yang tidak datang kepadamu, janganlah
engkau/menggantungkan jiwamu kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no.
1473 dan Muslim no. 2402)
Memutus
ambisi hati dan meminta dengan lisan untuk menjaga kehormatan diri serta
menghindar dari berutang budi kepada makhluk serta memutus ketergantungan hati
kepada mereka, merupakan sebab yang kuat untuk mencapai ‘iffah.
2.
Penyempurna perkara di atas adalah memaksa jiwa untuk melakukan hal kedua,
yaitumerasa cukup dengan Allah, percaya dengan
pencukupan-Nya. Siapa yang bertawakal kepada Allah, pasti Allah
akan mencukupinya.
Inilah yang menjadi tujuan.
Yang
pertama merupakan perantara kepada yang kedua ini, karena orang yang ingin
menjaga diri untuk tidak berambisi terhadap yang dimiliki orang lain, tentu ia
harus memperkuat ketergantungan dirinya kepada Allah, berharap dan
berambisi terhadap keutamaan Allah dan kebaikan-Nya, memperbaiki
persangkaannya dan percaya kepada Rabbnya. Allah itu mengikuti persangkaan baik
hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya,
bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya.
Setiap
hal di atas meneguhkan yang lain sehingga memperkuatnya. Semakin kuat
ketergantungan kepada Allah, semakin lemah ketergantungan terhadap makhluk. Demikian pula
sebaliknya.
Di
antara doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi n:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى
وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan
kecukupan.”
(HR. Muslim no. 6842 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu)
Seluruh
kebaikan terkumpul dalam doa ini. Al-huda (petunjuk) adalah ilmu yang
bermanfaat, ketakwaan adalah amal saleh dan meninggalkan seluruh yang
diharamkan. Hal ini membawa kebaikan agama.
Penyempurnanya
adalah baik dan tenangnya hati, dengan tidak berharap kepada makhluk dan merasa
cukup dengan Allah Azza wa Jalla. Orang yang merasa cukup dengan Allah Subhanahu
wata'ala, dialah orang kaya yang sebenarnya, walaupun sedikit hartanya. Orang kaya bukanlah
orang yang banyak hartanya. Akan tetapi, orang kaya yang hakiki adalah orang
yang kaya hatinya.
Dengan
‘iffah dan kekayaan hati sempurnalah kehidupan yang baik bagi seorang hamba.
Dia akan merasakan kenikmatan duniawi dan qana’ah/merasa cukup dengan apa yang
Allah Subhanahu wata'ala berikan kepadanya.
Ketiga: Ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ
“Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah l akan menjadikannya
sabar.”
Keempat: Bila Allah subhanahu wata'ala memberikan kesabaran kepada seorang
hamba, itu merupakan pemberian yang paling utama, paling luas, dan paling
agung, karena kesabaran itu akan bisa membantunya menghadapi berbagai masalah.
Allah
Azza wa Jalla berfirman:
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (Al-Baqarah: 45)
Maknanya,
dalam seluruh masalah kalian.
Sabar itu, sebagaimana seluruh akhlak yang lain,
membutuhkan kesungguhan
(mujahadah)dan latihan jiwa. Karena itulah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengatakan: وَمَنْ يَتَصَبَّرْ “memaksa jiwanya untuk bersabar”, balasannya: يُصَبِّرهُ اللهُ “Allah akan menjadikannya sabar.”
Usaha
dia akan berbuah bantuan Allah Azza wa Jalla terhadapnya.
Sabar
itu disebut pemberian terbesar, karena sifat ini berkaitan dengan seluruh
masalah hamba dan kesempurnaannya. Dalam setiap keadaan hamba membutuhkan
kesabaran.
Ia
membutuhkan kesabaran dalam taat kepada Allah sehingga bisa menegakkan ketaatan
tersebut dan menunaikannya.
Ia
membutuhkan kesabaran untuk menjauhi maksiat kepada Allah sehingga ia bisa
meninggalkannya karena Allah.
Ia
membutuhkan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan sehingga ia
tidak menyalahkan/murka terhadap takdir tersebut. Bahkan, ia pun tetap
membutuhkan sabar menghadapi nikmat-nikmat Allah dan hal-hal yang dicintai oleh
jiwa sehingga tidak membiarkan jiwanya bangga dan bergembira yang tercela. Ia
justru menyibukkan diri dengan bersyukur kepada Allah.
Demikianlah,
ia membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaan. Dengan sabar, akan diperoleh keuntungan
dan kesuksesan. Oleh karena itulah, Allah subhanahu wata'ala menyebutkan ahlul
jannah (penghuni surga) dengan firman-Nya:
Dan
para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil
mengucapkan),
“Keselamatan
atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu." (Ar-Ra’d: 23—24)
Demikian
pula firman-Nya:
“Mereka itulah yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam
surga karena kesabaran mereka….” (Al-Furqan: 75)
Dengan
kesabaranlah mereka memperoleh surga berikut kenikmatannya dan mencapai
tempat-tempat yang tinggi.
Seorang
hamba hendaklah meminta keselamatan kepada Allah, agar dihindarkan dari
musibah yang ia tidak mengetahui akibatnya. Akan tetapi, bila musibah itu
tetap menghampirinya, tugasnya adalah bersabar. Kesabaran merupakan hal yang
diperintahkan dan Allah-lah yang menolong hamba-Nya.
Allah
Azza wa Jalla menjanjikan dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya bahwa
orang-orang yang bersabar akan beroleh ganjaran yang tinggi lagi mulia...
Allah
subhanahu wata'la berjanji akan menolong mereka dalam semua urusan, menyertai
mereka dengan penjagaan, taufik dan pelurusan-Nya, mencintai dan mengokohkan
hati serta telapak kaki mereka..
Allah
Azza wa Jalla akan memberikan ketenangan dan ketenteraman, memudahkan mereka
melakukan banyak ketaatan..
Dia
juga akan menjaga mereka dari penyelisihan.
Dia
memberikan keutamaan kepada mereka dengan shalawat, rahmat, dan hidayah ketika
tertimpa musibah.
Dia
mengangkat mereka kepada tempat-tempat yang paling tinggi di dunia dan akhirat.
Dia
berjanji menolong mereka, memudahkan menempuh jalan yang mudah, dan menjauhkan
mereka dari kesulitan.
Dia
menjanjikan mereka memperoleh kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan.
Dia
juga akan memberi mereka pahala tanpa hitungan.
Dia
akan mengganti apa yang luput dari mereka di dunia dengan ganti yang lebih
banyak dan lebih baik dari pada hal-hal yang mereka cintai yang telah diambil
dari mereka.
Allah
pun akan mengganti hal-hal tidak menyenangkan yang menimpa mereka dengan ganti
yang segera, banyaknya berlipat-lipat dari pada musibah yang menimpa mereka.
Sabar
itu pada mulanya sulit dan berat, namun pada akhirnya mudah lagi terpuji
akibatnya. Ini sebagaimana dikatakan dalam bait syair berikut.
وَالصَّبْرُ مِثْلُ اسْمِهِ مُرٌّ مَذَاقَتُهُ
لَكِنَّ عَوَاقِبَهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ
Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya
Akan tetapi, akibatnya lebih manis daripada madu.
Wallahu
ta’ala a’lam bish-shawab.
(Diterjemahkan
Ummu Ishaq al-Atsariyyah dari kitab Bahjatu Qulubil Abrar wa Qurratu ‘Uyunil
Akhyar fi Syarhi Jawami’il Akhbar, hadits ke-33, hlm. 9l—93, Al-’Allamah
Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di rahimahullah)
Pasted
from <http://asysyariah.com/keutamaan-iffah-dan-bersabar.html>
Langganan:
Postingan (Atom)