Tausyiah

Hasan Al-Banna
Seorang da'i itu, jika dalam kelas ia menjadi yang paling cerdas, seolah dihabiskan hidupnya untuk belajar. Jika di tempat olahraga ia menjadi yang paling tangkas, seolah hidupnya dihabiskan untuk berlatih. Jika di majelis Al-Qur'an ia menjadi yang paling fasih dan banyak hafalannya, seolah hidupnya dihabiskan untuk menghafal. Dan dalam proyek-proyek dakwah mejadi yang terdepan, seolah habis hidupnya untuk proyek-proyek dakwah tersebut.

Senin, 26 November 2012

Wahai Ibu yang Berkaca Mata ... Maafkan aku

Siang ini hari tidak begitu panas justru terasa sangat sejuk walau jam telah menunjukkan pukul 12.45..hhmm Jakarta jarang sekali terjadi cuaca yang seperti ini, setelah persiapan untuk rapat KPU di Kampus aku juga sudah mempersiapkan untuk langsung kuliah sore ini.

Bismillahi tawakaltu'alalloh...aku melangkah keluar rumah. Sampai dijalan naik angkot Mikrolet 37 yang kesenen, sampai terminal senen maksudnya aku langsung mencari mobil Mikrolet 01 kp. Melayu yang nantinya melewati salemba tempat kampusku berada.

Alhamdulillah langsung dapat mobil yang di tuju, masih cukup sepi bisa langsung ambil posisi aman deh...setelah duduk tiba-tiba pandanganku mengarah kehadapan persis seberangan tempat dudukku, ada seorang ibu dengan kaca matanya, dengan perawakan tubuhnya cukup dibilang kurus, pakaiannya pun tidak lusuh sekali namun terlihat usang, Ia menatapku aku kaget dan tersadar.

Ternyata aku menyadari kalo rok panjangku sedikit naik sehingga kaos kaki di betisku terlihat sedikit, buru-buru langsung aku turunkan sambil tersipu malu, astaghfirulloh...kok bisa ya? dan baru sadar sekarang. tapi bersyukur tatapan ibu itu telah menyadarkanku.

Masih tersipu malu dengan peristiwa tadi, akhirnya aku amati ibu tersebut, kenapa tatapannya datar saja ya, tak ada reaksi apapun terhadapku. dan tatapanku akhirnya menuju satu titik di sebuah pergelangan tangan kanannya yang terbalut perban usang. dalam benakku apa yang terjadi dengan keadaan ibu ini?? kasihan sekali ya Allah, melihat mata, fisik dan penampilannyapun cukup membuat hati ini pilu.

Seperti tidak terurus, ya Allah aku hanya mampu berdo'a semoga hal seperti ini tidak terjadi dengan Ibiuku, dan rahmatilah ibu ini Ya Allah. Tiba-tiba aku disadarkan dengan pembicaraan ibu di sebelah tempat dudukku, " Ibu turun disini ya ", katanya mengarah pandangan ke Ibu berkaca mata tadi," Pak Sopir turunnya yang deket dengan angkot 04 ya, bantu ibu ini, saya tidak bisa anter, karena tujuannya beda", sopirpun mengangguk-anggukkan kepalanya. 

Lalu ibu berkaca mata itu berkata, "bu bantu saya ya, saya mau ke arah percetakan negara yang deket lampu merahnya, maaf bisa bantu saya ke angkot 04, karena saya tidak bisa melihat".

Deg...jantungku serasa sesak mendengar ucapan ibu berkaca mata ini, 'Ya Robb,,,kasihannya beliau kemanakah keluarganya, sehingga matanya yang tak dapat melihat dia harus berjalan sendiri, pikiranku teringat dengan sosok ibuku lagi.

Ya Allah  jangan sampai kelak hal ini terjadi dengan Ibuku,,,kami harus menjadi anak yang berbakti,,,,yang mengasihi orang tuanya, apalagi saat telah lanjut usia", lalu aku beranikan diri menawarkan untuk mencoba menggandengkan tangannya bersama satu orang mba-mba yang turun dari mobil tersebut, " sini bu saya bantu, kuraih lengan tangannya yang kurus, kutuntun langkah kakinya yang meraba, hatiku seakan sesak sehingga tak mampu berucap sepatah katapun, hening, sepi tanpa bicara.

Namun mba yang ikut membantu mulai membuka pembicaraan," Mba mau kemana?", tanyanya 

"Saya mau ke Salemba Tengah  BSI 22 Mba, mba mau kemana memang?" tanyaku

"Ingin ke rutan salemba," jawabnya
"Mba mau antar ibu ini?"
"Boleh, Mba mau antar juga?"

Saya bingung ketika ditanya seperti itu, saya sudah telat setengah jam untuk rapat hari ini, dan saya juga ga lewat lampu merah percetakan negara, hhmmm....ingin sekali menolong tapi galau ga jelas, akhirnya egoiskupun keluar.

 "Sebenarnya saya ingin membantu, tapi saya sedang ada urusan, maaf ya mba, mba bisa bantu ibu inikan? "

Memastikan agar mba ini bisa benar-benar mengantarkan ibu ini ketempatnya.

"Iya mba ga pa pa nanti saya antar kebetulan saya lewat tempat ibu ini, makasih ya mba..", katanya

"Saya yang bilang terimakasih mba sudah membantu ibu ini".

lalu aku berpisah darinya....
Ada kesedihan hati karena tidak dapat menolongnya hingga ke tujuan, semoga Allah SWT menjaga ibu ini selalu ...aamiin ya Allah...


Ku raih lengan tangannya yang kurus, 

Ku tuntun langkahnya...
Sepi, sunyi, hanya derap langkah-langkah kami yang terdengar...
Aku seperti terhipnotis dengan peristiwa siang ini...
Ada desiran kepiluan dalam lengan yang ku genggam...

dari Mata fisiknya yang tak lagi mampu melihat indahnya dunia...
dari tubuhnya yang kurus, ada sepenggal derita dalam hidupnya
namun ada banyak pelajaran ba
giku saat bertemu denganmu...
desiran rasa rindu tiba-tiba menguasai diriku...
desiran rindu saat ku genggam tangan ibuku....
Tangan ibuku yang begitu hangat dan nyaman bagiku....

wahai ibu yang berkaca mata disana...
maafkan aku...
hari ini aku tak bisa membantu menuntunmu hingga ketempat tujuanmu...
hanya sampai disini kumampu menuntunmu ...
wahai Ibu yang berkaca mata disana...
Ada rasa bersalah saat ku lepaskan genggaman tanganku darimu...
Sekali lagi maafkan aku ...

Ibu yang berkaca mata disana...
Semoga Allah SWT. melindungimu, menunjukkan cahaya bagi langkahmu didalam gelapnya mata fisikmu...
Semoga Allah SWT. senantiasa manjagamu, merahmatimu... menjadikan hatimu sebagai lentera disetiap langkahmu...

*by: Titis As Sausan @Salemba jakpus