Tausyiah

Hasan Al-Banna
Seorang da'i itu, jika dalam kelas ia menjadi yang paling cerdas, seolah dihabiskan hidupnya untuk belajar. Jika di tempat olahraga ia menjadi yang paling tangkas, seolah hidupnya dihabiskan untuk berlatih. Jika di majelis Al-Qur'an ia menjadi yang paling fasih dan banyak hafalannya, seolah hidupnya dihabiskan untuk menghafal. Dan dalam proyek-proyek dakwah mejadi yang terdepan, seolah habis hidupnya untuk proyek-proyek dakwah tersebut.

Kamis, 18 April 2013

Kisahku: "Masa Kecil ku"


Angin yang sangat sejuk itu mengibas-ngibaskan jilbabku yang panjang, terpaannya begitu lembut menyapaku, di waktu dhuha ini setelah aku selesai melakukan sholat dua rakaat hatiku terasa begitu sejuk dan menyenangkan. Namun aku masih merasakan satu perasaan yang mengganjal dalam benakku, tentang pengabdianku kepada orang tuaku, sejak kecil dan dibesarkannya diriku dari keadaan keluarga yang kurang beruntung karena ekonomi kami rendah, dan dengan keadaan keluarga yang cukup besar. Ya...kami 8 bersaudara ketika itu usia kami masih kecil-kecil.


Ditengah hutan yang lebat disana terdapat perkampungan baru yang di huni oleh para transmigran dari berbagai daerah, terutama dari pulau jawa, termasuk bapak dan ibuku waktu itu ikut transmigran sari jakarta dengan membawa 7 orang orang anak-anaknya yang masih kecil-kecil, waktu kami dibawa ke daerah transmigran aku masih berusia 7 bulan, masih sangat kecil.

Tak terbayangkan bagaimana aku dapat dibesarkan dari sebuah kampung kecil yang masih dikelilingi oleh hutan belantara. masa itu belum ada warung atau penjual- penjual makanan, semuanya kami dapatkan dengan hasil menanm sendiri, memanen sendiri, seperti padi, ketela, jagung, ubi , daun singkong, pisang dan lain lain. semuanya kami tanam dan untuk makan kami sehari-hari, sahabat bayangkan ketika saat kami belum panen padi, kami hanya makan ubi, singkong ataupun bubur jagung, dengan sayaur daun singkong, kacang panjang, dan sayur pisang. 

Subhaanalloh...meski dengan keadaan seperti itu kami tetap dapat menjalani hidup bahkan kinikami telah menjadi dewasa meski ketika kecil aku dibesarkan dengan makan-makanan kebun sederhana kami, meski kadang-kadang kami makan ikan perolehan dari memancing, atau menguras kolam.dan sesekali di hari raya kami makan daging ayam potongan dari hasil ternak sendiri, ini adalah makanan yang sangat mewah bagi kami dan sesekali kami mendapat buruan daging rusa yang dagingnya sangat enak dan tidak berlemak...

Rasanya aku ingin mengulang kehidupan masa kecilku yang buatku sangt indah, aku terkadang ikut membantu ayah dalam menanam padi disawah atau menanm bibit cabai, ketimun, talas, dan ll.

kami waktu itu mempunyai sebuah lahan kecil dan sawah dua bidang yang kami garap untuk menanam padi dan memelihara ikan, dan disebelahnya kami buat sumur untuk pemandian, aku ingat sekali ketika bapakku memaculnya dan menggali sumur dan menanam berbagai sayur mayur, tak jarang akupun ikut membantnya sepulang sekolah, tidak hanya dikolam saja kami mencoba menanam padi kamipun punya kebun untuk menanam padi darat.

Yah memang tempatnya cukup jauh dari rumah kami  dia berada di atas bukit yang kami harus melalui hutan dan kebun krbun tetangga untuk sampai disana, namun aku sangat senang tatkala bapak menyuruhku menyusulnya untuk mengantarkan nasi makan siangnya, tempat yang berada persis ditengah bukit itu membuat aku merasakan indah pemandangan hamparan hijau menguning kebun kebun padi milik kami serta tiupan semilir angin disiang hari yang menyejukkan kulit kami, karena saat siang hari didaaerah kami begitu terik dan tropis.

Siang itu setelah aku menemani bapak makan siangnya karena kelelahan aku tertidur di bangku panjang milik saung kami, dibawahnya terdapat tumpukan gabah gabah padi yang telah siap untuk digiling menjadi padi, tak teras aku begitu pulasnya tertidur ampai sampai aku terjatuh dan terguling diantara tumpukan2 gabah itu,,,,hhhmmm aku suka tersenyum jika aku ingat masa itu. Bapakku pun membangunkanku dari tidurku menyuruh untuk pindah keatas kursi panjang itu.

Tidak hanya sekedar mengantar makanan saja aku datang menemui bapakku namun terkadang membantunya memasukkan gabah padi kedalam karung untuk kami bawa kerumah kami, beberapa tahun daerah kami cukup aman untuk menanam berbagai tanaman pangan tapi semakin banyak lahan hutan yang dibuka maka semakin banyak hama binatang babi dan musang memasuki kampung kami, tanaman kami sering dirusaknya dan akhirnya kami gagal untuk memanennya.

Akhirnya orang tua kami beralih pekerjaan dengan menjadi buruh harian menebas hutan yang masih rimba, dengan upah yang sangat minim, walaupun begitu dibelakang rumah kami mash menenam seperti jagung, ketela ataupun ubi, serta kebutuha seperti sayur kangkung, bayam, cabai, bawang semuanya masih ada dipekarangan belakang rumah kami, untuk kami jadikan lauk makan kami.

Sore itu ketika awan masih terlihat mendung bapak mengajakku kekebun belakang rumah dengan membawa bibit pohon pisang dan cangkul ditangannya. Beliau mengajakku dengan alasan nanti Bapak yang mencangkul tapi yang menanam pisangnya titin ya, tangan titinkan dingin jadi tanaman mudah hidup. ujar bapak kepadaku, tidak hanya menanam pisang saja akupun ikut menanam pohon mangga, rambutan dan ubi talas. Subhaanalloh sahabat pisang kami berbuah lebat sekali dan tak pernah putus putusnya berbuah, sehingga siapa saja yang lewat depan rumah kami, dan main kerumah kami hadiahi buah pisang yang matang. 

Kisah ini akan aku abadikan dalam hatiku dan hingga kapanpun takkan aku lupakan. Aku sangat senang dengan suasana hujan dan setelah hujan, maka aku akan berjalan mengitari kebun belakang rumah melihat tetesan tetesan air berjatuhn dari ujung ujung daun tanaman kami dan mendengar suara suara kodok bangkong bersahutan dan suara jangkrik yang kegirangan, biasanya aku akan duduk diam menatap  dan menghayati tetesan air yang jatuh dari dahan daun itu, dan kadang aku langsung bermain kebelakang sumur kami yang terdapat mata air besar jika ada hujan dan disana aku akan duduk merendam diri ku dialiran sungai kecil dibawah pohon bambu dekat sumur kami, tapi moment itu hanya ada ketika terjadi hujan lebat. 

Ya Allah aku sangat Bersyukur atas nikmat yang pernah Engkau anugerahkan pada diriku sehingga aku mampu merasakan betapa indah ciptaan alamMu yang begitu kurasakan...suara desiran angin lembut, dicampur suara suara binatang melengkapi keindahan harmonisasi alam semesta Mu...

Ya Robb... Aku ridu saat bersama Bapak saat hujan kami tetap meneruskan menanam pisang, aku rindu bersama bapak ketika kami memanen padi milik kami, aku rindu disaat aku menemani bapak dikebun  dan di sawah kecil kami. Aku rindu saat makan siang bersamanya dan ternyata menjadi yang terakhir kalinya aku bisa makan bersamanya lagi. Aku rindu saat aku terjatuh lunglai di samping rumahku dengan menabrak kayu kayu besar dan Bapaklah yang mengangkatku dari jatuhku dan memapahku kedalam rumah dan mengurutkan tanganku yang terkilir hampir  patah itu dan dia jugalah yang merawatnya hingga tanganku sembuh seperti sedia kala.

Ya Robb...aku Rindu saat aku harus menyiapkan handuk untuk bapak ketika akan mandi, aku rindu membantu membacakan kode-kode IC ketika beliau sedang sibuk membetulkan TV atau Radio milik tetangga, aku rindu ditanya Bapak Titin ada PR ga? kalo ga bisa nanti bapak bantuin.. aku rindu diingati ketika aku menaruh buku bukuku ditempat yang gelap dipojok rumah kami.

Bapak aku rindu nasihatmu....hingga kini aku besar yang kuingat dari kata katamu  adalah:" kalo ingin belajar kelompok ijinnya ya belajar tp kalo sekedar mau main bilang aj mau main". aku mengambl makna adalah kejujuran dalam ucapan dan tindakan. Bapak bisakah aku menjalankan amanat ini darimu....tidak pernah aku melihat atau merasakan pukulanmu kepada kami, aku cukup tau dengan tatapan matamu yang besar itu bentuklaranganmu terhadap kami dan itu bentuk marahmu kepada kami.

Saat hujan membasahi tanah kampung kami...
Kesejukannya mengendapa dalam hati hingga kini...
kenangan bersama bapak yang selalu kurindui...

Sikapmu yang tak pernah mau menyakiti orang lain, sabar dan begitu sabarnya....
Bapak aku rindu saat kau melepaskan pacet yang menggigit kakiku dan kau usap darahku dengan dedaunan hijau...

Bapak aku rindu saat kau memujiku karena kerajinanku menanam bunga dipekarangan rumah kami...
dan kau puji aku saat aku menanam rumput jepang demi mencegah erosi tanah di halaman rumah kami...
dan saat saat bunga matahari bermekaran di pekarangan itu membuat aku benar benar betah menatap depan rumah kami yang sangat sederhana itu...

Bapak  maafkan aku ketika aku masih suka diam diam memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa muda, padahal kau bermimpi buah itu bisa menjadi tua dan akaan kau jadikan bibit unggul kembali..maafkan aku Pak karena kami kau begitu marah hingga kau tebangi semua tandan tandan buah itu. amarahmu itu justru membuat kami senang karena pikirku asiik kita malah bisa makan degan tiap hari...tapi kami tak berpikir panjang bahwa engkau begitu kecewa...
Bapak aku rindu menyediakan makan dan minummu ssat ibu sibuk mengurus adikku...