Tausyiah

Hasan Al-Banna
Seorang da'i itu, jika dalam kelas ia menjadi yang paling cerdas, seolah dihabiskan hidupnya untuk belajar. Jika di tempat olahraga ia menjadi yang paling tangkas, seolah hidupnya dihabiskan untuk berlatih. Jika di majelis Al-Qur'an ia menjadi yang paling fasih dan banyak hafalannya, seolah hidupnya dihabiskan untuk menghafal. Dan dalam proyek-proyek dakwah mejadi yang terdepan, seolah habis hidupnya untuk proyek-proyek dakwah tersebut.

Rabu, 31 Juli 2013

Maaf terakhir



Guyuran hujan malam itu tidak menyurutkan langkah kami untuk ber ikhtiar mencari kesembuhan Sakitnya, derasnya air yang tumpah kebumi, seakan mengisyaratkan bumi ikut menangis atas musibah yang sedang keluarga kami alami.

Perjalanan malam ini menuju rumah sakit yang ditempuh dengan waktu 6-7 jam normalnya, kini harus kami tempuh lebih dari itu, karena adikku yang sedang sakit tidak bisa mengalami goncangan sehingga akan menambah parah sakitnya.

Allahu robbi...
dengan rahmat dan pertolonganMu kami selamat dalam menempuh setengah perjalanan ini, meskipun harus terkadang berhenti seketika, karena adikku merasakan sakit pada perutnya.

Tepat pukul 01.30 WIB dini hari kami berhenti di sebuah rumah makan, setelah beristirahat sejenak dan kami melakukan sholat berjama'ah, adikku menyusul lalu berwudhu dan melakukan sholat tahajjud di mushola sederhana itu. Kami yang sedari tadi telah selesai hanya mampu memandanginya dari belakang tempat sholatnya, Aku dan Ibu tetap bertahan menungguinya hingga selesai dia Sholat, wlau saat itu kakak dan beberapa kerabat sudah kembali ke mobil.
Sholat Di Masjid
Setelah salam,,,lama dia tertunduk, tidak tahu do'a apa yang sedang dia ucapkan dia terlihat sangat khusyu sekali. Aku yang memandanganya dari kejauhan bagaikan patung yang tersihir olehnya, deraian-demi deraian keharuan menetes jatuh di pipiku, ada perasaan haru, dan bahagia bercampur didalam benakku.
Allah terimakasih Engkau lembutkan hatinya dengan do'anya dihadapanMu, semoga Kau berikan dia kesembuhan, aamiin”
Lama juga aku berdiri mematung dibelakangnya, akhirnya dia mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya, berakhirlah sudah do'a panjangnya di malam itu.

Dia membalikkan wajah dan tubuhnya ke arah kami, Aku dan Emak. Jelas sekali wajahnya yang kuning pucat, namun terlihat bagai cahaya dari kejauhan, Ah perasaanku menjadi sangat kacau melihat kondisi fisiknya yang seperti itu...
lambat sekali jalannya menuju ke arah kami, serta merta diraihnya tangan Emak lalu diciumnya, hingga diapun bersujud di kedua kaki Emak.

“Emak...maafin arifin ya? Selama ini banyak khilaf dan salah sama Emak, mak maukan maafin arifin?
Terus dia ucapkan kata maaf itu dengan tangisan penyesalan dan sujud mencium kaki emak.
“Iya Arifin sudah Emak maafkan,,,sekarang Emak hanya ingin arifin semangat untuk sembuh, dan banyak berdo'a sama Allah, kan kita semua sedag ikhtiar buat Arifin, jadi ga usah mikir yang macam-macam ya...”
Emak dan aku seraya mengusap pundaknya, astaghfirulloh tubuh yang gagah dahulu kini begitu terasa ringkih dan seperti tinggal kulit dan tulang saja, kasihan sekali kamu adikku...

“Pokoknya kamu harus terus semangat ya, mba dan semua keluarga disini akan semaksimal mungkin berikhtiar dan berdo'a buat kesembuhan Arifin, yang pastinya Arifin harus lebih dekat lagi dengan Allah ya...”

Allahuakbar...Dia yang mulut dan sikapnya terkadang tajam dan arogan, kini merendahkan diri dihadapan seorang ibunda, mencium tangan dan kedua kakinya demi mendapatkan pintu maaf sang bunda, semoga Allah menerima taubatmu adikku dan Allah ridho padamu. Aamiinn

sudah terhitung malam ke 40 hari ini kami menginap dirumah sakit, untuk merawatnya. Kami berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa memotivasinya walau kenyataan tidak sesuai dengan keinginan, aku berusaha legowo dan tawakal padaNya.

Siang ini cukup banyak yang aku dan Arifin perbincangkan, kesehatannya sudah terlihat lebih baik. Hingga malam ba'da maghrib masih saja ada yang menjenguknya, beliau tetangga rumah kami yang datang bersama keluarganya untuk menjenguk adikku.

Pak Arifin minta maaf ya, kalo selama ini mungkin punya salah sama Bapak, Ibu dan Arifin titip juga tolong sampaikan maaf Aku ke orang-orang di kampung, soalnya takut ga sempat pulang. Insyaalloh besok sudah mulai kemo jadi kemungkinan Arifin tinggal di palembang untuk sementara waktu. Terimakasih pak sudah mau jenguk Arifin, maaf merepotkan ya..” ujar adikku.

Arifin cepat sembuh ya, Bapak dan ibu juga mendo'akan Arifin bisa sehat lagi, yang sabar ya Fin, banyak berdo'a sama Allah, Bapak dan Ibu mau pamit pulang sudah malam ndak bisa lama-lama”. Kata bapak itu sambil bersalaman.

Aku masih memperhatikan percakapan adikku dengannya, mereka berpamitan dan bersalaman, dipeluknya adikku bersama tangisan iba nya melihat Adikku yang terbaring lemah dan pucat bercahaya. Kutahan agar tak jatuh air mataku, melihat begitu haru mereka pada adikku dan sayangnya mereka pada adikku.

Namun hanya Allah yang tahu, segala amal yang tersembunyi maupun yang nampak. Dan hanya pada Allahlah kelayakan pembalasan atas amal baik dan buruk yang kita lakukan. Kau begitu dikasihi oleh tetangga-tetanggamu Dik, mereka yang datang lalu menangis melihatmu, mereka begitu menyayangimu Dik, begitu juga dengan Mbamu, Emak dan Kakak-kakak semuanya, kami menyayangimu, lekas sembuh ya Adikku...

Malam ini terasa begitu panjang, sebab si Adik gelisah terus dan tidak bisa tidur. Aku khawatir sekali jika sampai down kondisi badannya ini akan mengefek pada pembatalan kemo besok pagi, Ya Allah berikanlah ia ketenangan dan jauhkan dari rasa sakit ya Allah.aamiin.
Berapa kali dia mengigau, dan mengajakku berbicara padahal hari sudah sangat larut.

“ya sudah Arifin istirahat dulu aj ya, kan besok sudah mau di kemotrapi jadi ga boleh sampai kurang istirahatnya, banyak berdo'a dan zikir ya dik sebelum tidur supaya tetap dijaga sama Allah”, ujarku mengingatkannya.

“Iya mba Arifin akan istrahat, arifin akan nurut apa yang mba katakan, Astagfirullloh hal adhiiim, Astagfirullloh hal adhiiim, Astagfirullloh hal adhiiim,,,” dengan zikirnya ia mulai tertidur dan tak lagi ku dengar suara nya.

“Mba sini,,,deket Arifin, arifin mau tanya ke Mba?”
aku perlahan menghampirinya lagi, ada sesuatu yang ingin dia tanya
“ Mba punya musuh ga?”tanyanya
“Nggak, memangnya kenapa kok nanyanya seperti itu?” jawab sambil balik bertanya
“Iya,,,berarti hanya mba yang bisa bacakan Ifin”, katanya
“Bacakan apa maksud Ifin?, tanyaku penasaran
“ya Bacakan Ifin ya Mba,,,
“Iya nanti mba bacakan buat Arifin ya, sekarang arifin harus istrahat dulu ya” kataku seraya memngambil mushab untuk siap tilawah di sampingnya.
“Iya mba arifin akan menurut apa yang mba katakan, arifin mau istirahat dulu ya mba, Astagfirullloh hal adhiiim, Astagfirullloh hal adhiiim, Astagfirullloh hal adhiiim...”suaranya semakin melemah dan tak terdengar lagi seraya matanya terpejam tidurnya terlihat pulas sekali.
Foto ini diambil 3 hari sebelum dia meninggalkan kami
Kalimat tahlil itu, terus dan terus aku bisikkan ditelinganya namun hanya gerakkan kecil saja yang terlihat dari bibirnya dan tubuhnya yang lunglai saat itu. Ia lunglai lemah tanpa suara...jiwanya pergi meninggalkan jasad dan orang-orang yang mencintai serta mengasihinya...

Adikku...saat rohmu pergi bersama malaikat izroil...
mba dan emak berusaha mengikhlaskan mu...
air mataku seakan-akan sudah tak mampu lagi keluar dari mata..
sebab sedih ini terlalu dalam di hati...

hanya kalimah-kalimah zikir yang mampu ku kumadangkan
sambil ku usap wajahmu yang tampan,
ini adalah yang terakhir mba mengusap dahi dan wajahmu dik...
Semoga kau tenang disana, dimuliakan disisiNya...
Teriring doa terbaik mba untukmu...
teriring fatihah selalu untukmu...

Ada satu kata yang belum bisa mba ucapakan padamu...
“maaf” maafkan mba yang menginginimu ber istirahat...
Aku tak tahu kalo ini menjadi istrahatmu yang sesungguhnya...
Istighfar menjadi kalimat terakhir yang kau ucapkan...
Maafkan mbamu ini dik...
maafkan mbamu...

bukan maksud menginginkamu beristirahat selamanya,,,
Bukan...
bukan ini...

mba menyesal mengucapkan kalimat itu padamu dik...
sekali lagi maafkan mba yaa...Mba sayang kamu dik...



Jakarta, 1 Agustus 2013
23 Ramadhan, 1434 H







Tidak ada komentar: