Fenomena
yang terjadi di kampus kami beberapa tahun belakangan ini adalah
menurunya kualitas dari kader dakwah, bagaimana upaya dan pendekatan
yang perlu kami lakukan agar dapat terus menjaga kualitas kader
setiap tahunnya ?
Jika Anda
merasa bahwa fenomena ini terjadi pada kampus Anda saja, jangan
khawatir, karena fenomena ini terjadi hampir di seluruh kampus di
Indonesia. Akan tetapi saya selalu mencoba melihat dari sudut pandang
lain terkait menurunnya kualitas kader. Sejatinya saya melihat bahwa
kualitas kader tidak menurun, yang terjadi adalah semakin banyaknya
jumlah kader yang bergabung dalam dakwah, dan konsekuensi dari jumlah
yang besar adalah kualitas yang belum tentu merata, apalagi jika pola
manajemen kaderisasi belum rapih dan berkelanjutan.
Kader adalah
aset yang sangat berharga untuk lembaga dakwah, karena kaderlah yang
akan menggerakkan dan mengembangkan dakwah yang ada. Seringkali kita
mendapat sebuah pertanyaan, mana yang lebih penting antara sistem dan
kader. Seorang yang berpikir pendek akan mengatakan bahwa kader lebih
penting, sedangkan untuk mewujudkan dakwah yang berkelanjutan, maka
sistem yang menunjang untuk membentuk kader yang dengan kualitas baik
adalah hal yang perlu dicapai.
Saya akan
mencoba menjawab pertanyaan yang ada dengan memaparkan kebutuhan apa
saja yang perlu dimiliki oleh seorang kader dan metode apa yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan ini. Seorang kader yang berkualitas adalah
seorang kader yang menguasai teori, memiliki maknawiyah
yang stabil, serta
memahami medan amal dakwah dengan baik. Ketika seorang kader mampu
dibina untuk memiliki hal-hal ini maka ia akan memiliki immune
terhadap segala tantangan dakwah. Oleh karena
itu, sebagai tim kaderisasi yang akan menjalankan pembinaan ke kader,
pemberian pemahaman serta latihan untuk memenuhi 3 hal ini adalah
sebuah cara yang baik untuk senantiasa menjaga kualitas kader dakwah
kampus.
Menguasai
Teori
Landasan
awal dari menjalankan segala sesuatu adalah pemahaman terhadap apa
yang akan dilakukan. Dalam konteks seorang kader sebagai individu,
diharapkan ia dapat memahami dasar yang bisa menguatkan dirinya dalam
berIslam dan alasan yang hakiki mengapa
ia melakukan aktifitas dakwah. Adanya pemahaman dasar ini akan
menentukan kebijaksanaan pribadi serta semangat geraknya. Biasanya
permasalahan kader seperti masalah kejenuhan dalam berdakwah, virus
merah jambu, kekecewaan terhadap dakwah atau jamaah
dakwah. Metode yang tepat untuk menyampaikan
teori adalah dengan bentuk ta’lim
dengan seorang yang memahami dengan komprehensif materi, bentuk
metode tambahan lainnya dapat di sampaikan dalam pembinaan rutin
seperti mentoring. Hal-hal yang kiranya perlu disampaikan sebagai
bekal bagi kader antara lain ;
- Memahami Prinsip Islam
Seorang
kader diharapkan dapat memahami dasar-dasar yang sangat mendasar dari
Islam itu sendiri. Bermula dari memahamkan makna dan urgensi syahadat
sebagai pintu gerbang umat Islam. Mengenal Allah sebagai rabb
dengan segala sifa-sifatnya, mengenal Rasul
untuk diteladani, dan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Seorang
kader dengan prinsip yang kuat akan berdampak pada militansi yang
kuat pula, dan kelompok kader dengan prinsip yang kuat akan berdampak
menjadi kelompok yang solid. Selain itu, keikhlasan dalam menjalankan
agenda dakwah yang ada hanya untuk Allah semata dapat dibangun dengan
dasar prinsip Islam yang kuat.
Sebagai
seorang da’i yang
akan menyampaikan nilai-nilai Islam tentu membutuhkan Ilmu untuk
disampaikan , biasanya untuk dakwah kampus, diskusi tentang agama
cukup banyak sekitar masalah aqidah dan alasan mengapa kita harus
berIslam. Tentu, kita sangat berharap kader dakwah kampus bisa
menjadi perpustakaan berjalan
untuk menanyakan hal-hal terkait keIslaman. Terkadang pula, massa
kampus menilai dan mengikuti bagaimana berIslam dengan mencontoh dari
apa yang dilihat dan didengar dari pada kader dakwah kampus.
- Memahami Pedoman Islam
Dua
pedoman utama dan hakiki seorang
muslim dalam menjalankan hidupnya adalah Al Qur’an dan Al Hadits.
Seorang kader diharapkan dapat memahami kedua pedoman ini dengan
baik, metode yang sering dilakukan untuk meningkatkan kepahaman ini
adalah dengan tahsin atau
belajar bagaimana membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar,
tahfidz atau belajar
untuk menghafal Al Qur’an, dan tastqif atau
kajian Al Qur’an dan Al Hadits untuk lebih memahamkan makna yang
lebih mendalam dari dua pedoman ini. Seorang kader dakwah dituntut
untuk selalu dekat dengan Al Qur’an, karena kedekatan dan banyaknya
interaksi seorang kader dengan pedoman Islam ini akan berdampak
positif pada beberapa hal, yakni ; (1) keberkahan dakwah, (2)
kualitas maknawiyah kader,
(3) kemampuan meyakinkan dan mempengaruhi seorang kader dakwah, (4)
penjagaan asholah dakwah,
dan (5) membangung kebiasaan untuk selalu berlandasakn syar’i
dalam setiap kebijakan yang ada.
- Memahami Fikroh Dakwah dan Amal Jama’i
Sebuah
pertanyaan yang harus dapat dijawab seorang kader sebelum berdakwah
adalah “mengapa saya harus berdakwah ?”. Seorang kader diharapkan
dapat memahami landasan mengapa seorang muslim harus berdakwah dan
mengapa cara yang digunakan di lembaga dakwah sebagai metode dakwah
yang digunakan. Ia juga diharapkan mampu melihat visi besar dakwah
jangka panjang. Pemahaman terhadap pemikiran dakwah yang dilakukan
diharapkan dapat membangun paradigma bahwa apapun tanggung jawab yang
diberikan pemimpin kepada dirinya adalah bagian dari menjalankan
agenda dakwah yang sudah Allah amanahkan kepada seluruh manusia.
Terkait
pada amal jama’i
atau beramal bersama, karena dakwah yang dilakukan dalam lembaga
dakwah bersama-sama, seorang kader juga perlu diberi pengertian
tentang prinsip al qiyadah wal jundiyah (
pemimpin dan pasukan ), agar ia mampu
memerankan dengan baik jika ia menjadi pemimpin maupun pasukan.
Karena memang pada dasarnya seorang kader akan menjadi seorang
pemimpin atau yang dipimpin. Bentuk penaman kemampuan ini bisa dengan
melibatkan langsung dalam organisasi, latihan beramal agar ia
memahami hal ini dengan pengalaman yang ia dapat.
Memiliki
maknawiyah yang
kuat
Kedekatan
kader terhadap Allah adalah bahan bakar utama dalam menjalankan
amanah dakwah yang ada. Apalagi dalam setiap hal yang kita lakukan,
pertolongan Allah adalah suatu yang menjadi faktor sukses, dan
pertolongan Allah hanya diberikan kepada umatnya yang berusaha dan
berdo’a secara seimbang. Maknawiyah disini
dapat dilatih dengan ibadah-ibadah mahdah yang
dilakukan secara individu. Sebutlah, Shalat wajib, Shalat Sunnah,
Puasa Sunnah, Qiyamulail,
dan sebagainya. Untuk memicu dan membiasakan ibadah-ibadah ini
biasanya dapat menggunakan perangkat mutabaah
amalan yaumiyah ( pengecekkan amal ibadah
harian ) yang diberikan kepada seluruh kader. Tentunya juga di awali
dengan pemahaman tentang ibadah mahdah dan
tata cara untuk melaksanakannya. Ketika seorang kader memiliki
maknawiyah yang kuat
maka ia akan memiliki tekad dan kemauan yang
kuat dalam menjalankan amanah dakwah, karena
ia memandang dakwah sebagai bagian dari hidupnya dan ia memahami
bahwa surga hanya bisa ditebus dengan usaha yang kuat, salah satunya
dengan menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat luas. selain itu
seorang yang maknawiyah yang
kuat akan berdampak pada loyalitas atau
kesetiaan yang kuat kepada jamaah
dakwah yang ada. Ia memandang apa yang ia
lakukan dalam dakwah hanya untuk Allah semata, ia siap menaati dan
siap melayani segala kebutuhan dakwah, ia siap
memimpin dan dipimpin, dan ia bukanlah melakukan aktifitas ini untuk
manusia, sehingga ketika salah seorang kader lain menyinggung atau
mengecewakan dirinya, itu tidak jadi alasan baginya untuk kecewa atau
mundur dari dakwah. Selama lembaga dakwah masih berorientasi
rabbaniyah maka ia
akan terus bergabung dan berjuang bersama.
Memahami
Amal Dakwah
Kader dalam
menjalankan agenda dakwah memerlukan strategi dengan baik, serta
memahami apa yang sedang ia lakukan dan apa manfaatnya untuk dakwah.
Beberapa hal yang perlu dipahami terkait amal dakwah antara lain ;
(1) memahami tujuan dakwah, (2) memahami peran dirinya dalam dakwah,
(3) memahami potensi diri, (4) memahami medan dakwah ( objek dakwah
), dan (5) memahami makna pengorbanan dan kesungguhan dalam beramal.
Kelima pemahaman terkait amal dakwah ini bisa dibangun dengan latihan
langsung beramal dakwah serta di stimulus dengan kaderisasi pasif
kepada kader dakwah. Kader dakwah yang memiliki pemahaman yang baik
terkait amal dakwah biasanya memiliki visi besar terhadap dakwah itu
sendiri, ia punya cita-cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan
visi yang jelas terhadap tanggung jawab yang di embannya saat ini dan
memberikan dampak semangat yang gigih untuk mencapai tujuan yang ia
dan lembaga dakwha harapkan.
Seorang
kader yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah
jangka panjang, akan mempunyai energi lebih untuk bergerak
secara trus menerus dalam mewujudkan
cita-cita mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat
pengorbanan, baik itu korban harta, waktu,
perasaan, bahkan berkorban hak dirinya seperti waktu istirahat karena
ingin memberikan yang terbaik untuk dakwah.
Kualitas
kader dakwah saat ini, walau semakin banyak jumlahnya harus tetap
dijaga, karena kualitas kader dakwah ini akan membuat kualitas serta
asholah dakwah tetap
terjaga. Menjadi tanggung jawab bagi kita yang memahami urgensi
menjaga kualitas kader ini untuk membangun sistem yang memungkinkan
membentuk kader yang berkualitas meskipun jumlah kader semakin banyak
bertambah setiap tahunnya.
Sumber: http://ridwansyahyusufachmad.com/analisis-instant-problematika-dakwah-kampus/